Senin, 14 Maret 2011

TEKNOLOGI STIMULASI ELEKTRIK BAGI PASIEN YANG MENGALAMI KELEMAHAN OTOT DAN NYERITEKNOLOGI STIMULASI ELEKTRIK BAGI PASIEN YANG MENGALAMI KELEMAHAN OTOT DAN NYERI



 TEKNOLOGI STIMULASI ELEKTRIK BAGI PASIEN YANG MENGALAMI KELEMAHAN OTOT DAN NYERI


1.      LATAR BELAKANG
Gerak manusia dihasilkan oleh kontraksi otot yang menghasilkan gaya untuk menggerakkan anggota badan. Pada gerak sadar, sinyal perintah dari pusat sistem syaraf ditransmisikan melalui syaraf tulang belakang (spinal cord) lalu ke otot untuk menghasilkan gaya. Otot berfungsi dengan normal jika antara sistem syaraf, spinal cord, dan otot terhubung secara utuh dan bekerja dengan baik. Kerusakan pada sistem syaraf yang diakibatkan penyakit yang menyerang syaraf tulang belakang (spinal cord injury, SCI) akan mengganggu sinyal perintah mencapai otot.

 Stimulasi elektrik bekerja dengan cara mengirimkan aliran listrik ke otot yang membutuhkan terapi sehingga menyebabkan otot untuk berlatih secara pasif. Penggunaan alat ini mulai banyak digunakan di rumah sakit dan klinik olahraga untuk pengobatan cedera otot dan untuk mengembalikan otot yang mengalami kelumpuhan, mencegah atrofi dan meningkatkan sirkulasi darah serta mengatasi rasa nyeri. Dari hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal keperawatan dari tahun 2000 sampai 2010 banyak ditemukan manfaat penggunaan alat stimulasi elektrik yang dapat membantu meningkatkan kekuatan otot dan mengatasi rasa nyeri. Hasil penelitian dari Shauna dkk, menyimpulkan bahwa teknologi stimulasi elektrik dapat membantu pergerakan musculoskeletal untuk mengurangi plastisitas otot. Penelitian oleh Joanne G dan Lisa H, menyimpulkan bahwa stimulasi elektrik dapat meningkatkan kekuatan otot yang mengalami kelemahan setelah pasien terkena stroke. Walau masih jarang digunakan di Indonesia, stimulasi elektrik untuk keperluan pemulihan kelemahan otot dan juga mengurangi rasa nyeri, perlu dicoba dan dikembangkan penggunaannya.
Pada pasien yang mengalami kerusakan pada otak atau syaraf tulang belakang kehilangan kemampuan motoriknya (paralisis) seperti berdiri, berjalan, menggenggam dan menjangkau. Ketidakmampuan ini dapat mencakup sebagian atau keseluruhan dari anggota gerak tubuh.